SEMANIS VANILLA

SEMANIS VANILLA

Minggu, 11 Desember 2011

Hati Yang Kau Salib


Hari mulai senja, matahari menggulung sinar-sinarnya dibalik awan, terpancar semburat cahaya jingga di atas menara Pagoda Leifeng. Sementara sayap-sayap terbang burung merpati mengajakku untuk tetap berdiri melawan dingin di pinggir danau Xihu, air mataku tak henti-hentinya mengalir dipipi sehingga kacamata minusku menjadi basah. Tanganku masih erat menggenggam  tangan Leo.
对不起[1].. aku telah bersusah payah mendapatkan beasiswa ke Amerika, jika kamu percaya aku tunggulah empat  tahun lagi” kata Leo meyakinkanku
[2], aku... akan menunggumu jawabku terisak nangis
Senja kelabu di pinggir danau Xihu menjadi saksi bisu perpisahanku dengan Leo.
Mendung diujung timur, pagi tak ingin ku sapa karna mentari tak mampu mencerahkannya. Hari berganti minggu, minggupun berganti bulan entah kenapa aku masih mengharapkannya tuk berada disisiku. Sudah enam bulan kepergiannya ke Amerika. Mentari masih bersembunyi dipekatnya shubuh, tiba-tiba Leo mengirimkan pesan pendek untukku.
Zue.. bangun, hari ini ada kuliah pagi kan? Jangan lupa sholat!”
Pagi itu aku berjalan berangkat kuliah seperti biasanya di Gongshang Zhejiang University (ZJSU). Hanya saja pagi ini hujan yang menyebabkan langkahku sedikit tergesa-gesa sambil membenahi jilbabku yang semakin tidak karuan. Tiba-tiba saja seseorang dari seberang menabrakku.
“maaf.. maaf aku sudah terlambat” ucapnya kemudian kembali berlari
“bukumu jatuh!”teriakku sambil mengambil buku merah yang terjatuh dari tasnya, berharap orang yang menabrakku segera berbalik dan mengambil buku itu dari tanganku tapi orang itu berlalu begitu saja. Kemudian aku memasukkan buku itu ke dalam tas. Sesampai di kelas aku membuka buku merah itu semua tulisan tentang kesehatan yang aku pun tidak tahu maksudnya, aku buka halaman  terakhir ada lembaran identitas bernama Bao Zhen dan jurusannya sama denganku. Dia berada di ruang 205 samping kelas kelasku.
Siang harinya aku sengaja masuk ruang 205, langsung saja Bao Zhen berdiri dari tempat duduknya yang paling pojok dan menghampiriku.
“Kamu tahu buku yang berwarna merah tidak? Aku sudah mencarinya tapi tidak ada ” kata Bao Zhen sambil melirik kearah tasku
“”我知道[3].. yang ini bukan?” tanyaku sambil mengeluarkan buku merah itu
是。。谢谢[4]” jawabnya singkat sambil meraih buku itu dari tanganku
“kalau boleh tahu, kamu jurusan sastra kok belajar kesehatan. Mau jadi dokter ya?” tanyaku
“nama kamu Zue Xian ruang 204 jurusan sastra beragama islam!” terangnya tanpa koma dan spasi kemudian pergi meninggalkanku yang masih berdiri diam stabil seperti pemain sirkus pada ketinggian dua meter  tujuh puluh lima sentimeter  sambil sesekali angin menerpa jilbabku.
Usai kuliah aku langsung meninggalkan kampus, tak sengaja  mataku melirik Bao Zhen,  wajahnya pucat, dia bersandar pada sebuah tembok di pinggir jalan. Aku segera menghampirinya, dia sudah tidak sadarkan diri kemudian ada teleponnya berbunyi, aku segera mengangkatnya.
“Bao Zhen.. kartunya sudah ketemu belum?” kata seseorang dalam telepon itu
对不起, 这是他的朋友[5] , Bao zhen sekarang pingsan dijalan haefang”jawabku panik
“panggilkan ambulans cepat!”perintah orang dalam telepon itu
**^^**
Sesampai di rumah sakit Zhejiang, Bao Zhen langsung dimasukkan ke UGD, aku berdiri di depan ruangan sedangkan disampingku seorang wanita separuh baya keturunan Zhongguo yang tak lain adalah Lin Zhen mamanya  tampak cemas menunggu hasil pemeriksaan bao Zhen. Mamanya bercerita bahwa Bao Zhen menderita penyakit kanker otak dan hari itu sebenarnya Bao Zhen pergi ke dokter hanya saja kartu pemeriksaan ada dibuku yang terjatuh tadi pagi akupun menyalahkan diriku sendiri kenapa tidak  langsung aku serahkan saja bukunya pagi itu. Sejak hari itu aku selalu menunggu Bao Zhen di rumah sakit. Mamanya tidak terlalu senang dengan kehadiranku karena aku seorang muslim sedangkan dia dan keluarganya beragama Kristen.
Sudah satu minggu Bao Zhen terbaring di atas kasurnya, seminggu pula aku usai pulang kuliah menjenguknya, hari itu tepat dia ulang tahun, Bao Zhen memperkenalkan aku pada keluarganya karena selama ini dia belum pernah dekat dengan cewek manapun. Keluarganya mengira aku ada hubungan khusus dengannya. Akhirnya minggu kedua Bao Zhen diperbolehkan pulang akupun turut membantu membereskan rumahnya dan mengantar bersama keluarganya pulang ke rumah. Ternyata rumahnya dan kontrakanku tidak begitu jauh, sejak itu Bao Zhen selalu menemaniku disaat aku sedang membutuhkan dia.
Siang itu dia menjemputku berangkat kuliah dengan sepedanya karena kita masuk jam kuliah yang sama, kami berangkat bersama berboncengan, semua menyindir kedekatanku dengan Bao Zhen. Mungkin karena aku terkenal dengan gadis lugu pendiam dan sangat alim beraninya dekat dengan bao Zhen yang juga aktif dalam kegiatan keagamaannya. Usai kuliah dia mengajakku ke danan Xihu, kami berhenti di sebuah causeway yang membelah West Lake[6]. Dari causeway ini pemandangan West Lake di musim dingin sangat berkarakter, dengan pohon-pohon  meranggas yang berjajar rapi, angin dingin dan kabut tipis, serta perahu tradisional di tengah danau tempat dimana dia biasa melepas penat ditemani secangkir mocca panas.
你的很美丽[7]kata Bao Zhen sambil menatapku, aku hanya tersipu malu mendengarnya. Kemudian Bao Zhen menemaniku menghabiskan sore di Hangzhou Flower Nursery yang juga masih disekitaran West lake, sebuah taman luas dengan bunga berwarna warni dimana ada kolam, jembatan, air mancur serta patung patung menambah kesempurnaan sore itu. Bao Zhen menarik tanganku dan menggenggam erat didadanya. Ku rasakan ada getaran cinta saat dia menatap mataku seperti itu. “ini semua seharusnya tidak boleh terjadi”hatiku memberontak.
Malam harinya aku diundang makan malam dikeluarganya tetapi Bao Zhen memintaku untuk melepas jilbabku. Aku langsung menolaknya.
“Zue.. aku mohon malam ini saja!”pinta Bao Zhen menatapku
我不会[8].. aku tidak bisa melepas jilbab ini kepada orang yang bukan muhrimku”seruku
“Untuk apa Tuhanmu menciptakan keindahan jika  itu hanya disembunyikan, Tuhan kita memang berbeda tapi tetap Tuhan yang benar adalah Tuhanku”kata Bao Zhen dengan suara meninggi.
“jika Kristen lebih benar dari Islam maka aku akan ikut agamamu”seruku mengakhiri pembicaraan malam itu. Bao Zhen tampak senang mendengar ucapanku. Malam itu aku resah jika Tuhan itu Esa kenapa ada banyak Tuhan yang disembah, jangan-jangan selama ini ada yang tidak Esa, ditengah-tengah lamunanku  kemudian mendengarkan sebuah dakwah disalah satu stasiun televise.
“assalamu'alaikum.. saudariku, ingatlah. Agama islam adalah agama yang diterima Allah,  saya bisa membantu anda untuk membuktikan dalam injil menyebutkan Tuhan itu tiga mnjadi 1 bapa putra dan roh kudus, padahal dalam injil Ulangan pasal 4 ayat 35 beda  "Maka kepadamulah ia itu ditunjuk, supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi" buka Markus pasal 12 ayat 29  "maka jawab yesus kepadanya, hukum yang terutama ialah: dengarkan olehmu hai israel, adapun Allah Tuhan kita ialah Tuhan yang Esa." periksa lagi di perjanjian lama di Ulangan pasal 6 ayat 4  "Dengarlah olehmu hai Israel, sesungguhnya Hua Allah kita, Hua itu Esa adanya." apakah belum jelas bahwa injil sendiri yang menjadi kitab sucinya orang kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu tunggal bukan 3 menjadi 1 atau 1 mnjdi 3. Lalu mana yang benar? Tuhan itu 1 atau 3 menurut injil? pasti diantara itu ada yang benar atau malah salah semua, kandungan kitab suci itu ada yg salah, lalu apakah itu namanya kitab suci? suci berarti tidak ada salah  tetapi jika dalam Al-Qur'an alhamdulillah, tidak ada keraguan di dalamnya”
Seakan aku mendapatkan sebuah jawaban dari semua pertanyaanku. Keesokan harinya aku berniat menemui Bao Zhen, ditengah perjalanan aku mendapat kabar dari tetangganya jika Bao Zhen dibawa ke rumah sakit. Sesampai disana suasana duka menyelimuti keluarganya, lima menit yang lalu Bao Zhen menghembuskan nafas terakhirnya tanpa sempat aku mengajaknya masuk islam atau setidaknya menunjukkan kebenaran tentang islam. Bao Zhen yang dingin, cuek, kini benar-benar dingin dan terdiam selama-lamanya.
“aku tahu kamu tidak bisa menjadi kristen, untuk itulah aku berdoa pada Tuhan supaya mempersingkat umurku agar aku tak sedih jika suatu saat kau menikah dengan orang lain. Tuhan memang arsitek yang baik” pesan sms terakhirnya yang dikirimkannya semalam.
Tuhan, karakter yang paling tidak bisa ditebak.  Setiap orang merasa mengenal-Nya. Setiap karya seni mencoba untuk menggambarkan-Nya, tapi tidak ada yang benar-benar mampu menggambarkan-Nya.
“Hatimu terlalu suci untuk mengenal hatiku, salib takkan membuatmu sakit melainkan sebuah kebebasan dari rasa yang takkan bisa ku miliki, tenanglah dialam sana. Kau akan selalu ada dalam ingatanku” bisikku sambil mendekap tubuh Bao Zhen yang kaku.
Usai pemakamannya, dunia seakan kembali suram untuk tahu betapa berharganya seseorang maka kita perlu kehilangannya dahulu dan kini aku telah kehilangannya. Sayapku kembali patah. Sore itu dipinggir danau Xihu aku berdiri dan mengadu pada ombak, hanya saja sore itu semburat jingga tak lagi menyilaukan mata. Dan nyanyian ombak tak lagi tentang kesedihan.
**^^**
Bulan januari 2009, hari ini Leo kembali ke Zhongguo, dia membawakan aku kalung emas putih dan bercerita bahwa dia bermimpi jika aku menggenggam kalung salib digereja tua memakai baju hitam sedang menangis. Anehnya mimpi itu terjadi setiap kali memejamkan mata, untuk itu dia pulang ke Zhongguo hanya untuk memastikan keberadaanku disini. jika perpisahan menyapa, setidaknya pernah ada pertemuan, tapi yakinlah waktu akan menyembunyikannya atau benar-benar mengikisnya. Ada begitu banyak keindahan didunia ini namun tak semua bisa kita miliki. Semua itu sudah ada yang mengatur yaitu Tuhan. Bersama Leo takkan ku rusak aqidah islamku hingga akhir hayatku dia yang akan jadi imam dalam sholatku.
**TAMAT**



[1] Duibuqi                : maaf                                                                                   
[2] Hao                       : baik
[3] wo zhidao            : aku tahu
[4] Shi.. xiexie           : iya, terima kasih
[5] Duibuqi, zhe shi ta de pengyou       :maaf, ini adalah temannya
[6] Danau Xihu         : danau barat
[7] Ni de hen meili   : kamu sangat cantik
[8] Wo bu hui           : aku tidak bisa

Minggu, 20 November 2011

KELUARGA CEMARA


Hari ini adalah ospek terakhir, itu berarti aku dikelompokkan dalam satu jurusan. Sesaat aku intip kelas bahasa mandarin hanya berjumlah 13 orang yang mana 9 bidadari termasuk aku dan 4 bidadara. “Bagaimana ini bisa menyenangkan?” batinku
Aku dengan merasa sedikit ragu masuk kelas SV 103 yaah ruang itu pertama kalinya mandarin berkumpul jadi satu.
Aku duduk didepan sendiri kemudian ditemani Annisa (si Cong) yang sebelumnya aku sudah mengenalnya lewat dunia maya(padahal waktu itu dia belum daftar karna kita kenalan difanspage belajar mandarin, menurut cerita nih si annis nya ini sampai mau nangis sewaktu daftar ulangnya udah ditutup alhasil bapak-bapaknya merasa kasihan lihat wajah memelasnya annis dan bapak itu kasi kesempatan buat daftar ulang) tidak bisa bedain deh mana yang bercanda ama serius sampai-sampai berulang kali aku jadi korban keusilannya tapi yaa tidak apa-apa yang penting masih bisa “BERNAFAS”,
kemudian samping kananku Wulan aku telah mengenalnya sewaktu berangkat kepagian digerbang kampus(padahal aku kira penunggu kampus, orang masih gelap gitu berdiri sendiri di pinggir jalan) dia tidak bisa jauh dari headset nya bisa jadi ini adalah gamannya, kadang aku memanggilnya Dendam Nyi pellet karna sifatnya yang punya “sesuatu” tidak tersampaikan besok punya ancaman “sesuatu”itu harus lebih baik dari kemarin(good job ).
Kemudian belakangku Amel, aku juga mengenalnya lewat dunia maya, di kelas sering dipanggil “cilik” dia juga pendiam tapi sebenernya usil, punya semngat yang tinggi.
Arah jarum 4 ada Dewi sekilas aku kira dia orangnya sombong sebab pertama kali yang aku Tanya adalah rumahnya dan dia jawab “jogja!” ternyata setelah kenal sifatnya keibu-ibuan gituu, jadi asyik. Kalo ingat dia jadi ingat ayam goreng renyah(loh??)ya karna dia punya peternakan ayam(asyik yah pasti bangunnya dipethok-pethokin ayam tiap pagi).
Kemudian ada Athena aku manggilnya mbak titin khas dari penampilannya adalah rambut dilipat-lipat seperti sanggul ke atas(aku kira putri Athena kayak di cerita-cerita kera…jaan eh digabung deh kerajaan gitu). sedangkan bangku belakang adalah Tini, Ndudd dan bella yang aku kira mahasiswa asing dari zhongguo. Karena wajah mereka yang seperti Chinese J.
Tini orangnya punya pendirian yang tegas, kalau lagi ceria dunia seakan tersenyum beda lagi kalau sedang marah waaah bahaya deh.tapi sifat baiknya adalah dia pasti membantu selagi dia bisa membantu.
Sii Nduudd suka warna pink dan dia orangnya tidak mau jika orang lain kenapa-kenapa misalnya saja sewaktu aku ditawarin rokok dengan tegas dia melarangnya. Sewaktu ada masalah dengan preman dia maju (hehe aku bayangin dulu…) yang jelas dia asyik dia juga bisa meramal.
Tapi temanku  bella sempat takut denganku (cihuii ada yang takut ama vera), yaah cewek yang selalu tampil cerah ini punya karakter menjadi pendengar yang baik, dia juga suka kasih masukan yang bisa diterima tapi dia tidak bisa jauh-jauh dari makanan.
Tiba-tiba kiki (orang yang aku kenal lewat dunia maya juga) dia berdiri dan kita kenalan satu persatu secara bergantian (kiki ini sifatnya ke bapak-bapakan jadi tak jarang keluarga cemara manggil dia PAPI)
Hanya saja mataku tak lepas dari papan nama ospek yang bertuliskan “LAY” aku lihat hampir 90% papan nama itu bertuliskan nama lengkap, apa kehabisan pena atau gimana akupun tidak tahu. “nama kamu siapa”tanyaku
Dia jawab dengan suara khasnya yang aku kira suara Vino G Sbastian (hahaha)
Kemudian Erwin yang dengan suara lembut dan formalnya, dia suka warna putih, orangnya suka rapi, bersih dan wangi (waah berat) sedang kuliah ataupun tidak dia selalu memilih bangku depan (buktinya aja pas makrab duduk di bis paling depan sampai-sampai pada bingung sopirnya yang mana) hehehe
Si Memet (Imud) orangnya benar-benar peduli merapi ehhh maksudku peduli kawan, dia memberikan solusi yang benar-benar  bisa diterima, tak pandang bulu deh dlm nolong teman bahkan dia juga mempunyai  sifat Dasa Dharma Pramuka yang menonjol adalah sifat yang suka menolong dan tabah 


Waktu seakan cepat berlalu
dari depan mata
Sepertinya belum lama kita bertemu
melepaskan rindu

Semua terasa sangat indah untukku
engkaupun begitu
Berbagi cerita dan tertawa selalu
dan kau tahu itu


Takkan menghilang selalu ku kenang
saat bersamamu kawan
Akan ku nyanyikan lagu yang kau kenang
semoga saja kau senang
(Sampai di masa mendatang......)

Beribu waktu tempat ku lalui
mencari kehidupan
Dengan jalan berliku yang engkau lewati
bukanlah rintangan

Kau ada dekatku disaat aku jatuh
telah kurasakan
Hingga kini aku bisa berjalan kembali
dan aku tahu itu


Hidup tak semudah kita bayangkan
Pasti akan hadapi suka duka
Yakinlah kita akan tetap melangkah
Melewati smua dengan yang ada
Yang ada ...
yakinlah.
Lewati semua dengan yang ada....(edane takkan menghilang)


YOGYA, TRIBUNG- Kemudian bunga (bukan nama sebenarnya) gadis belia berusia 18 tahun ini meninggal dengan selamat akibat menjadi korban iseng mr. xx (bukan nama sebenarnya) di temukan didekat sungai dalam keadaan  tertelungkup tanpa ( sebagian teks hilang )

Sabtu, 16 April 2011

Putih Abu-abu


Hal terindah dalam hidup ini adalah ketika kita menemukan sesuatu yang baru dan kita mampu menjalaninya. Esok hari ketika kita terima berita gembira itu sebuah kata yang mampu buat raga melayang, satu kata itu seakan adalah kunci dari gembok yang mengikat kita… yah kata itu adalah LULUS..
Tiga tahun patuh pada peraturan sekolah, selalu menghadap papan tulis yang menjadi TV guru yang wajib ditonton setelah sebelumnya disuguhi sapaan manis dari sang guru. Mungin tidak ada lagi suasana ribut jika tidak ada guru atau istilahnya pelajaran kosong. Pergi ke WC yah.. alasan yang tepat buat keluar kelas. Tradisi nyontek yang dari jaman nenek moyang sudah ada. Dan kata HORE teriakan yang menjad kewajiban jika ada hari libur.
Akankah kita ingat masa-masa ini?
Ketika kita kompak tak ada yang memberi tepukan tangan saat pengampu kesiswaan selesai berpidato upacara. Ketika salah satu guru kita datang terlambat dan alsan dari kelas sebelas pasti ada acara kondangan atau kalau tidak mengantar anaknya ke sekolah. Saat Guru pengampu pelajaran sejarah selalu dikerjain sama anak-anak, dinyanyikan selamat datang ketika beliau masuk kelas dan bersorak dinyanyikan lagu ulang tahun dengan meriah padahal beliau tidak ulang tahun hari itu, seperti biasa beliau hanya senyum-senyum tak pernah marah pada kami atau beliau tidak paham?
Ada lagi saat pelajaran bahasa inggris, ketika bermain tebak-tebakan, kebetulan kelompokku dapat animals, saat teman kami maju ke depan salah seorang teman kami yang dari WC tiba-tiba masuk kelas, spontan semuanya angkat tangan sambil teriak “jawabannya KINGKONG” yahh karna dia memiliki badan yang cukup besar jika dibayangin kayak atlet pemain bola basket karna dia juga hobi main basket.
Hingga menguji nyali dengan cara salah satu anak dipaksa digedong bareng-bareng nyaris dijatuhin dari lantai dua. Ada yang teriak-teriak langsung lemes, ada juga yang langsung masuk kelas pegangan meja takut jika diseret keluar.
Dan masih banyak lagi kenangan yan tlah aku ukir bersamamu kawan..
Putih abu-abu menjadi saksi bisu bahwa kau dan aku tlah terikat satu nama yaitu kita.
Disini kita temukan kawan.. sahabat dan mungkin saja Cinta sebagi warna mengiringi kisah putih abu-abu. dimana kisah itu terbalut sedih, senang, kecewa, hingga kejahilan yang membuat tawa yang mendatangan keriput yang nanti kelihatan dalam umur 50 tahunan
 Jangan pernah cukup puas kawan, jadikan kesuksesan sekarang menjadi tahap pertama dalam tahap selanjutnya. Esok mungkin kan jumpai hal yang baru dan kita mulai mengukir kembali dengan catatan kosong. Selamat berjuang kawan semoga kita semua sukses..

Kamis, 17 Maret 2011

Putih abu-abu


Tak terasa tiga tahun tlah dipelupuk mata
Ingatkah kawan? Saat pertama kali kita masuk di SMA ini. Yahh aku belum tau kamu, kamu belum kenal aku. Saat MOS? Hahaha suruh bawa barang yang tak masuk akal : manusia salju gantung diri ( emang ada? berabe harus ke kutub dulu! Belum tentu ada manusia salju yang gantung diri), sayur mas kakek (udah mas ditambah kakek lagi), permen kayu (ialah mas, mba’ mbok yo ngemut permen sugus wae daripada kayu kok digawe permen). Belum lagi setengah bola plastic di cat terus dikasih ikat untaian permen sebagai penutup kepala atau topi. Cocok sekali dikasih paduan rok rumbai-rumbai raffia dipinggang. Dengan atasan kaos tipis swan putih yang ketat dibawah sengatan matahari langsung tanpa perantara. Nah cocok tuh kayak njemur gabah atau lebih tepatnya mahoni yang sudah direndam terus dijemur. Memakai kaos kaki sepak bola warna berbeda dengan menggendong tas gandum bertali raffia. Haha kayak wong sing ning pinggir dalan kae.
Disuruh-suruh keliling sekolahan yang tak begitu luas. Memang sih jujur dari dalam lubuk hatiku yang tertinggal seluk biluknya ati rempeloku sekolahan ini tak luas, bahkan sodaraku bilang “sekolahanmu ki sing ning ngisor kae to? Aku weruh cah-cah do njedul seko ngisor koyo laron!” mau dikata apa lagi? Mau marah pun ternyata nyata. Yah sudah bodo amat itu kan hanya penilaian sepintas yang belum mandang secara detail dan kata orang tua “durung ndelok ngasi tekan tumo-tumone)”.
Disana kita makan bareng, tak peduli kita bawa gereh, oseng-oseng kates, telo, pete, bakmi, lan jengkol dicampur jadiin satu, dan kita suruh makan (tego bener mba’ mas..).
MOS ternyata banyak manfaatnya selain jadi kenal ma kanca2 tapi juga jadiin pengalaman setidaknya aku bisa cerita sama anak putuku besok (wkwk sok tua).
Beranjak kelas sebelas. Uke.. uke dikelas ini awalnya ada juga sih beberapa siswa yang sedih kepilih di jurusan IPS. Tapi guys IPS lebih fantastic dari yang aku kira. Kita jadi satu keluarga besar XI IPS. Mau ngapa-ngapa bareng dan senangnya slalu kerja sama kekompakkan. Great! Senang dibagi.. sedih dibagi.. apalagi makanan.. belum dibagi sudah habis lah buat rebutan kok.
Saat Kelas XI kami sangat sedih kehilangan Alm. Sukirman padahal waktu itu jam terakhir pelajaran agama adalah kelas XI IPS 1, semoga tenang disisi-Nya.. amiin. Kejahilan demi kejahilan tak terelakkan terutama saat ada teman yang tidur dikelas. Ada juga guru yang sering jadi penghibur dikelas missal pak Pur hahaha sering dikerjain ma anak-anak tapi dia tidak marah. Ketika datang dihibur dengan lagu ala cah2 “selamat datang “. Protes ma guru gara2 ahh banyak deh, tapi walo sering kecewa dengan hasil keputusan sekolah, anak-anak tetap tertib mematuhi peraturan sekolah.
Dan kini ujian nasional sudah dipelupuk mata, aku berharap dan berdoa “SEMUA SISWA SMA N 1 MLATI LULUS 100% DAN SUKSES!!”amiiinnn mlebu bareng.. kudu metu bareng. Dengan coretan-coretan kisah yang tlah diukir di SMA ini.

Sabtu, 29 Januari 2011

Di Lereng Merapi Ku Menangis


Mentari pagi mulai keluar dari sarangnya. Tak seperti biasanya, Sang surya yang  tampak tersenyum manja, pagi itu tampak muram. Entah karna Si Awan yang menutup-nutupi wajahnya, atau karna asap tebal Piramida Bertajin Merah yang akhir-akhir ini sedang rewel. Dengan sedikit malas, aku berjalan keluar halaman menuju tepi jalan. Kulihat di sana banyak orang berkerumun sambil mengobrol dengan muka serius. Tanpa aku mendengar sepertinya aku sudah tahu obrolan mereka. Bukan Cinta Fitri, bukan pula video mesum mirip Ariel, atau gossip-gosip sampah lainya. Yang mereka obrolkan adalah Gunung Merapi. Aku berjalan menuju selatan dusun Ganggong untuk menengok muka Merapi di pagi itu. Tampak sekali Merapi, yang jaraknya 15 km dari rumahku, sedang tak bersahabat. Mukanya muram, hitam kusam, mengeram, sambil terus mengepulkan asap. Guruh gemuruh dari Merapi menggema di bumi Sleman. Tapi kulihat di lingkungn sekitar, petani tetap pergi ke sawah, semuanya berjalan seperti biasa, walaupun rasa was-was menghantui mereka. Karena suasana Merapi makin tak menentu, Kamis pagi itu aku tidak berangkat sekolah.
            Semakin siang Merapi tak kunjung membaik, malah semakin rewel saja. Tangisannya semakin menjadi-jadi, bak bayi yang baru keluar dari rahim seorang ibu. Tangisannya menyelinuti bumi Sleman. Aku hanya tiduran sambil bermain handphone. Sms, facebook, semua yang kubuka selalu berbau Merapi. Tingkah elit politik, kasus gayus seakan sirna oleh asap-asap Merapi. Haripun makin sore, dan tetap saja kondisi Merapi semakin memburuk. Sekitar jam 15.00, listrik di dusunku mati. Guruh gemuruh di tengah kegelapan semakin membuat susana tambah mencekam.
            Menjelang malam, suasana mencekam semakin terasa. Guruh gemuruh Merapi semakin menjadi. Warga tak ada yang tidur, mereka berkumpul di halaman sambil bersiap-siap kalau terjadi sesuatu. Menjelang tengah malam, guruh gemuruh makin terasa. Bahkan terkadang kaca jendela, bergetar seakan berteriak ketakutan.
Seorang  warga berusaha menenangkan kami dengan mengatakan bahwa gemuruh yang terdengar bukan berasal dari Merapi melainkan suara batu-batuan akibat lahar dingin petang itu. Hal itu membuat warga kembali masuk ke rumah, meskipun terdengar sirine dari arah Kaliurang. Sekitar pukul 00.08 seorang warga mengatakan bahwa orang-orang diutara dusun kami sudah diungsikan. Sontak, semua warga bingung, berlari, mengambil barang yang bisa mereka bawa. Suara kentongan, diiringi teriakan histeris warga, mengiringi proses pengungsian malam itu. Hujan pasir, dan krikil menghujami kami, bak burung ababil yang membawa krikil panas. Ditambah lagi listrik padam, semuanya gelap. Semua warga menyerbu ke arah selatan seperti pasukan perang. Ada yang  berlari-lari, naik motor, ada juga yang menggunakan mobil. Hujan abu, pasir, dan kerikil makin menjadi. Suaranya klotak-klotak di atas genting. Aku langsung tancap gas dengan motorku. Sepanjang jalan ku lihat pohon-pohon salak tumbang. Baru kali ini seumur hidupku, Merapi benar-benar marah. Kami sekeluarga menuju daerah Mlati. Alhamdulilah kami selamat sampai di sana. Baju dan badan kami sudah tak berwujud. Kami seperti habis bermain lumpur. Kami tidak tahu dengan saudara-saudara kami, karna semua berhamburan tak tentu arah.
            Aku hanya bisa merunduk, menangis, dan berdoa, Ya Allah tabahkanlah hati kami, selamatkanlah keluarga dan saudara-saudara kami. Pagipun tiba, rasa trauma belum bisa hilang dari ingatanku. Sebagian besar pengungsi dibawa ke Stadion Maguwoharjo. Aku dengar bahwa, bantuan pemerintah belum lancar mengalir. Entah karena birokrasi yang panjang dan bercabang, aku tak tahu. Tapi, tanpa dikomanda warga Yogyakarta melakukan gerakan nasi bungkus. Inikah namanya paseduluran, benar-benar solidaritas yang luar biasa.
            Merapi memang marah, Merapi membawa petaka, tapi dibalik itu semua banyak hikmah yang bisa diambil. Solidaritas warga yang sedikit mulai goyah, kini semakin kuat. Warga menjadi lebih terdidik, bahwa klenik, mistik tak bisa menentukan kapan Merapi meletus melainkan teknologi dan ilmu pengetahuan. Ayo bangkitlah kawan, kita bangun Bumi Sleman.