SEMANIS VANILLA

SEMANIS VANILLA

Senin, 02 Agustus 2010

ANGGUN


S
ore itu aku lihat mentari di ujung senja,mencoba bersembunyi di balik awan dan perlahan mulai menghilang digantikan sang malam.Aku terus memandangi langit sambil berpikir aku tak mengerti kenapa orang-orang beranggapan bahwa tinggal di lereng gunung Merapi sering dicemooh  Anggun atau Anak Gunung.Awalnya aku tak terima tapi aku sadar bahwa aku harus menerima kenyataan ini.
“Jo…kamu bisa bantu Ibu tidak?”pinta Ibuku yang sehabis pulang mengumpulkan kayu bakar
“Tentu Bu..”jawabku
Aku kemudian bangkit dari kursi kayuku,Mulai membantu Ibuku yang sedang merapikan kayu bakar dibelakang rumah.Sesaat kemudian terdengar suara “GUBRAK”.Aku langsung berlari ke arah suara itu,Aku mendapati ayahku yang sedang menjatuhkan almari piring,aku sadar saat itu ayahku sedang kumat,memang ayahku menjadi setengah gila semenjak jatuh dari jurang.Belum sampai aku  menolong ayahku tiba-tiba ada seorang tamu berpakaian rapi masuk ke dalam setelah melihatku,
“Maaf anda mau mencari siapa ya?”tanyaku
“Saya mau mencari Jono!”kata orang itu
“Saya sendiri..ada perlu apa ya?”tanyaku
“Saya Agus!”jawab orang itu
“Eh..sudah datang!”teriak ibuku
Aku tak mengerti kenapa ibuku menyambut orang itu dengan bahagia,yang aku tahu orang itu membawa aku ke tempat yang lebih nyaman atau istilahnya dia menjadikanku anak angkat. Aku sempat berontak namun orangtuaku ingin aku hidup lebih baik.
Semenjak hari itu, Aku tinggal dirumah yang sangat besar, dikamarku yang luas sudah pasang internet beda dengan kamar dirumah hanya berbilik anyaman bambu. Sekolahanku juga lebih sempurna, tak aku lihat disekitarku dipenuhi lumpur yang biasa menemani kakiku melangkah. Hari demi hari aku tunjukan bahwa meski aku dari desa namun pikiranku tak serendah yang mereka bayangin. Hingga suatu hari aku ditunjuk mewakili SMA-ku mengikuti olimpiade matematika antar sekolah sungguh hari yang baik atau memang lagi beruntung, aku berhasil juara I. Hal itu membuat guru-guru disekolahanku makin mendesak aku untuk mengikuti lomba-lomba selanjutnya. Aku semakin sibuk demi prestasiku, mulai dari bimbingan belajar aku tekuni untuk maju ke tingkat nasional. hingga suatu hari terdengar kabar yang mengusik pikiranku.
“Jono..kamu ada dimana?”terdengar mbak Surti tetanggaku di desa menelpon
“Aku masih ada bimbingan belajar mbak!Ada apa?”tanyaku cemas
“Ayahmu sakit keras Jon!”
“Apa?”
“pokoknya kamu datang aja ke sini!”suruh mbak Surti
Aku cepat-cepat pamit pada ayah angkatku untuk pulang ke desa.sesampai disana tepatnya di Turgo letak desaku,aku mendapati orang-orang tengah berkumpul dirumahku.Kedatanganku mungkin sudah dinantikan sejak tadi,Langsung saja Ibuku menarik tanganku membawa masuk ke kamarnya.Air mataku tak terasa jatuh dipipi mendapati Ayahku terbaring lemah didipan bambu yang sudah mau roboh karna usianya yang sudah lama.
“Jon..”panggil ayahku
“ya..pak?”jawabku
            “bapak..mau..min..ta maaf!”kata ayahku terbata-bata
            “Bapak gak punya salah ma Jono kok,kalaupun ada,Jono sudah dari dulu maafin bapak!”terangku
            Tiba-tiba HPku berbunyi,aku langsung keluar kamar menerima telepon itu,ternyata dari guru bimbinganku.
            “Jon..kapan kamu pulang?”
            “tidak tahu..mungkin sampai ayahku benar-benar sembuh!”jawabku
            “tapi Jon..lombanya tinggal tiga hari lagi”
            “aku lebih mentingin kesehatan ayahku daripada prestasiku!”
            Tut..tut..tut..
            Aku kembali masuk kamar ayahku.Keadaan ayahku justru makin parah,tapi ayahku tidak mau masuk rumah sakit.
Malam harinya Aku menunggu Ayahku disampingnya,sedangkan Ibuku dari tadi sudah tidur karna kecapekan setelah seharian nunggu Ayah.
“uhuk..uhuk..”
Terdengaar suara Ayah batuk-batuk,aku langsung mengambil segelas air putih,Saat aku kembali Ibu sudah dikamar ayah sambil menangis.
“Jon..bapakmu meninggal!”kata ibu sambil tersendak-sendak
“innalillahi wa inaillahi raji’un”
Hanya kalimat itu yang sanggup aku katakan,tubuhku lemas.Kemudian semua menjadi gelap hanya ada satu cahaya yang sangat terang,aku melihat ayahku tersenyum ke arahku.
“Jon..bapak ingin kamu menjadi orang yang berguna bagi orang lain”kata ayahku
“Iya..pak,Jono janji bakal jadi orang yang bapak harapin!”kataku
Kemudian Ayahku hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya dan perlahan mulai menghilang.
“BAPAK!!!!”
“Jon…kamu sudah bangun?”kata mbak Surti membangunkanku
Usai mengikuti pemakaman ayahku,aku dijemput oleh sopir suruhan ayah angkatku.Aku kemudian pamit pada ibuku dan langsung berangkat ke Kalimantan.Lomba tinggal dua hari lagi untuk itu aku mulai  sibuk dengan bimbingan belajar.
Hingga saat lomba  tiba,aku dengan optimis mengerjakan soal-soal tersebut.Kepercayaan hanya satu yakni aku harus bisa dan tidak boleh membuat kecewa orang tuaku.Sampai tiba saat pengumuman sementara hasil lomba olimpiade matematika tingkat nasional,aku berhasil meraih juara dua tapi aku sangat bersyukur.
Meski aku bukanlah sang jawara pertama tapi aku berhasil membuat teman-temanku senang,dan aku berencana untuk merayakannya di desaku,teman-temanku banyak yang datang ke desaku.Usai pesta kecil-kecilan itu,teman-temanku sudah pulang hanya tinggal Ady,Irfan dan Danu.Danu mengamati gunung merapi yang terus-menerus mengeluarkan asap.
“Jon..kenapa Gunung Merapinya beda ya?”Tanya Danu
“ya..jelas bedalah kamu kan orang kota paling juga kamu lihat tu gunung cuma digambar”kata Irfan mengejek kemudian yang lainnya ikut tertawa
Tapi memang ada yang ganjil dengan pemandangan ini.Aku keluar mencari tahu tanpa sepengetahuan teman-temanku,ternyata selama beberapa hari ini Gunung Merapi sedang punya gawe menurut cerita turun-temurun,Gunung Merapi yang ditunggui makhluk halus mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pantai selatan.Mereka sedang punya hajat.
“Jon..ini buat apa?”Tanya Irfan sambil menunjuk janur kuning di depan pintu
“Itu..buat nolak bencana!tidak hanya itu kok biasanya orang-orang membuat sayur lodeh tujuh macam,buat sesaji dengan bawang lanang tapi ada juga yang menanam mata uang di empat penjuru mata angin!”jelasku bangga
Tiba-tiba di luar rumah aku dapati orang-orang berbondong-bondong mulai mengungsi,Ibu melarangku untuk ikut mereka,aku yang mempunyai tanggung jawab karna telah mengajak teman-temanku datang mulai cemas.Dalam keadaan genting seperti ini tak mungkin aku ijinkan teman-temanku untuk pulang.Aku bersama Ibu dan teman-temanku berkumpul diruang tengah.Tak lama setelah itu terdengar suara gemuruh disusul oleh guncangan yang sangat hebat,Gunung Merapi itu mengeluarkan magma cair dan mengalir bersama material-material yang ada di dalamnya.Aku jadi teringat dulu ketika Merapi pernah meluluh lantakkan hampir sebagian jawa.Aku hanya bisa berdo’a didalam rumah.
“Jon..menurut televise yang pernah aku tonton jika ada gunung yang masih aktif berarti dia mengeluarkan wedhus gembel!”kata Danu
“Huss..jangan bilang kayak gitu,kata itu tidak boleh di ucapkan!”kataku memperingatkan
“menurut buku yang aku baca awan panas itu suhunya bisa sampai 200 derajat lebih,selain itu juga mengandung belerang jika dihirup bisa mengakibatkan keracunan!”kata Ady menjelaskan
“Saat-saat seperti ini kok malah ada pelajaran geografi sih?”seru Irfan panic
Aku melihat keluar jendela,disana aku melihat rumah-rumah disekitarku putih karna debu.Ketika suasana sudah agak mereda,kami keluar,tak tampak sedikitpun ada warna hijau disekitarku.Orang-orang yang tadinya mengungsi telah kembali,aku melihat wajah prihatin yang menghiasi langkah mereka.Aku langsung sujud syukur karna selamat dari petaka.Bersamaan dengan itu,aku lihat HPku enam belas pesan masuk dan delapan panggilan tak terjawab mungkin saking paniknya,aku sampai tidak tahu kalau banyak teman-temanku yang tinggal jauh dari gunung Merapi menanyakan keadaanku.Ady,Irfan dan Danu kemudian pamit pulang.Aku sengaja menemani Ibuku dirumah untuk beberapa hari.
Malam harinya,aku mendapat sms dari Ayah angkatku bahwa hasil lomba olimpiade matematika setelah dikoreksi jumlah nilaiku sama dengan yang juara pertama untuk itu aku akan diadu lagi dengan sang pemilik juara pertama waktu itu dan lomba itu akan dilaksanakan besok.Aku langsung buka bukuku,kini aku belajar ditemani suara jangkrik tanpa pembimbing yang biasanya menemaniku belajar karna aku yakin dengan diriku sendiri.Karna malam makin larut,aku mulai memejamkan mataku.
Keesokan harinya aku sudah dijemput.Aku minta do’a restu Ibu dan kembali balik ke Kota lagi.Hingga tibalah dual jawara yang akan memperebutkan juara pertama,Aku masih dengan caraku kemarin mengerjakan dengan optimis,Aku lihat rivalku dengan lincah membawa contekan dari dalam saku,mungkin panitia lomba tidak tahu sehingga mengijinkannya tetap mengerjakan,Aku juga tak ingin kalah darinya tapi aku berusaha jujur sesuai misiku.
Setelah selesai lomba,tibalah hasil pengumuman,pertama namanya dipanggil adalah rivalku.
“Alvi Rianda,Karna kamu terbukti melakukan penyimpangan dari tata tertib mengerjakan soal maka kamu dinyatakan gugur!Jadi jelas pemenang sekaligus juara pertama adalah Jono Handoko”
Terdengar microfon itu memekikan telingaku,aku melompat kegirangan,melebihi girangnya Ryan Giggs setelah menjebol gawang Arsenal.Tak aku sangka Ibuku juga menyaksikan aku menerima tropi penghargaan ini.Tak lupa aku mengucap terima kasih kepada sang Pencipta yang telah memberikan karunianya.Kemudian aku mulai berpidato atas kemenanganku ini.Dan aku menceritakan kisah hidupku dari kerja kerasku membantu Ibu mencari kayu bakar sampai sekarang ini.Sejak saat itulah Teman-temanku tidak ada yang mengejek Aku sebagai Anggun atau anak gunung lagi.Dan aku yakin saat ini pasti Ayahku tersenyum puas dengan apa yang telah aku lakukan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar